Jakarta, CNBC Indonesia – Media ekonomi terbesar dan terintegrasi CNBC Indonesia menggelar CNBC Indonesia Awards 2023 dengan mengusung tema ‘Maintaining Optimism Amid Uncertainty’. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi kepada berbagai sektor usaha dan industri yang memiliki andil dalam membawa dampak positif terhadap kemajuan ekonomi tanah air.
Untuk kategori Most Innovative Convergence Service, CNBC Indonesia Awards 2023 diberikan kepada PT Telkomsel (Persero). Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada Telkomsel karena dinilai telah melakukan inovasi terbaik pada 2023 yakni konvergensi layanan fixed dan mobile atau Fixed Mobile Convergence (FMC).
“Didekasikan untuk former CEO Telkomsel. Di kesempatan berbahgia terima kasih kepada HMS (Hendri Mulya Sam), Telkomsel bisa menerima award. Kami akan meneruskan, dengan convegence-nya” ungkap Direktur Utama Telkomsel, Nugroho dalam CNBC Indonesia Awards 2023, Rabu (13/12/2023).
Diketahui setelah melakukan konvergensi layanan Fixed Mobile Convergence (FMC), Telkomsel meluncurkan produk “Telkomsel One”. Produk ini menjadi komitmen dalam melanjutkan implementasi inisiatif FMC yang akan semakin mendorong pemerataan distribusi konektivitas digital bagi masyarakat dengan berbagai pilihan paket yang berpusat pada pelanggan dan inisiatif pendekatan multi-layar melalui pengoptimalan konten.
FMC akan berdampak positif bagi operasional FMC yakni dapat menambah jumlah pelanggan dan pendapatan. Di satu sisi dapat mengefisiensikan biaya operasional, di mana dua layanan dapat tergabung menjadi satu.
Telkomsel bisa makin memperkokoh basis pelanggan sebanyak 158,3 juta dengan hadirnya layanan home broadband. Sekaligus mendapatkan calon pelanggan baru sebanyak 8,47 juta dari jumlah pengguna Indihome.
Begitu juga dengan penetrasi Indihome yang bisa semakin kencang. Sebab Indihome memiliki akses untuk menawarkan produk ke pelanggan selulernya Telkomsel.
Segmen fix broadband Telkomsel diproyeksikan akan mendapatkan 600 ribu hingga 1 juta pelanggan pada 2023, sambil menargetkan untuk menjangkau 5 juta pelanggan dalam lima tahun.
Dampak positif dari FMC sudah terlihat di kinerja operasional Telkomsel pada kuartal ketiga 2023. Pertama, Telkomsel berhasil mempercepat penambahan pelanggan baru IndiHome B2C sebesar 205 ribu dalam waktu tiga bulan dengan ARPU stabil di Rp 257 ribu.
Selain itu, Telkomsel mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang positif pada kuartal ketiga 2023, yakni tumbuh sebesar 29,6% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq).
Peluang FMC Datang dari Kebutuhan Data yang Melesat
Pasar FMC di dunia diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR 15% selama 2021-2031. Pada 2031, nilai pasar FMC diperkirakan akan mencapai US$15 miliar pada 2031.
Permintaan FMC akan terdorong oleh keinginan para pelanggan yang ingin layanan pesan suara, pesan terpadu, konferensi, dan media streaming dapat diakses kapan dan di mana saja. Selain itu kebutuhan akan layanan data juga akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan Internet of Things (IoT) dari segala sendi kehidupan.
Pertumbuhan data yang signifikan akan terjadi di seluruh dunia di masa mendatang. Termasuk di regional Asia Tenggara (ASEAN).
Berdasarkan data Wellington Capital Advisory, perusahaan penasihat independen, pada 2028 kebutuhan data di Asia Tenggara akan meningkat hingga empat kali lipat lebih pada 2028.
Pada 2022 rata-rata trafik data bulanan per pengguna smartphone sebesar 12,5 Gigabytes. Kemudian akan melonjak signifikan pada 2028 menjadi 54 Gigabytes.
Bahkan nilai tersebut akan meningkat dua kali lipat hanya dalam kurun waktu dua tahun sejak 2028. Pada 2030 perkiraan trafik data rata-rata bulanan per pengguna smartphone di kawasan Asia Tenggara sebesar 90 Gigabytes.
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di kawasan Asia Tenggara memiliki potensi besar terkait penggunaan data dan bisnis FMC ke depan. Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 270 juta jiwa, faktanya tingkat penetrasi fixed-line internet Indonesia salah satu paling bontot.
Menurut data Wellington Data Advisory, tingkat penetrasi fixed line Indonesia hanya 14% pada 2022. Tertinggal dari Filipina dan Malaysia yakni 36% dan 40%. Bahkan jauh dibandingkan rata-rata penetrasi kawasan yakni 41%.
Penetrasi fixed broadband di Indonesia sendiri diperkirakan akan meningkat menjadi 23% pada 2027 dengan asumsi PDB per rumah tangga tumbuh sebesar 6% CAGR menjadi US$70.000 pada 2027.
FMC semakin menjadi fokus strategi bagi Operator Jaringan Seluler dan Penyedia Layanan Internet (ISP) sejalan dengan pertumbuhan konsumsi data yang terus berlanjut di semua kategori pelanggan.
FMC memang memberikan layanan ‘naik kelas; bagi para pelanggan yakni memberikan pengalaman konektivitas tanpa batas bagi segmen perusahaan dan konsumen.
Menurut Wellington, perusahaan penasihat independen di Indonesia, skenario FMC utama yang diterapkan di pasar telekomunikasi di seluruh dunia dan termasuk Indonesia terbagi beberapa kategori.
Pertama, konvergensi sebagai senjata kompetitif, di mana masing-masing operator berupaya untuk memaksimalkan penetrasi basis captive mereka baik akun konvergen maupun non-konvergen, meningkatkan porsi pengeluaran rumah tangga dan/atau perusahaan, dan meminimalkan pengurangan (churn) suku bunga – sehingga memanfaatkan tren konvergensi untuk mengamankan dan mempertahankan pangsa pasar.
Skenario kedua adalah adanya konvergensi client operations yakni operator menyatukan semua kebijakan dan prosedur terkait pelanggan, misalnya pemasaran multi-saluran, manajemen saluran distribusi penjualan, akuisisi/on-boarding pelanggan, penyediaan layanan, penagihan akun, dan layanan pelanggan.
Ketiga, konvergensi layanan back-end. Operator mencari integrasi yang erat di seluruh rantai nilai pemberian layanan. Misalny inter-working OSS (Operation Support Systems) dan BSS (Business Support Systems). cloud computing platform interfaces dan content rights management.
Tantangan bagi para penyedia jasa seluler dan internet di Indonesia dalam perluasan dan peningkatan penetrasi layanan internet adalah geografis yang terdiri dari berbagai pulau.
Hal ini diperkirakan akan menaikan biaya dalam penetrasi internet fixed broadband. Sehingga kemungkinan penetrasi hingga 2030 akan berpusat pada daerah urban atau perkotaan besar.
Bak dua mata sisi, geografis Indonesia yang memiliki banyak kepulauan akan membuat daerah non kota besar dan Pulau Jawa memberikan peluang terbuka untuk beberapa penyedia jasa seluler dan internet. Terutama bagi perusahaan yang sudah memiliki jaringan internet data di daerah di luar kota besar dan pulau Jawa untuk memasarkan produk fixed broadband.
FMC Mendukung Pertumbuhan Ekonomi di Tren Digitalisasi
Akselerasi dari perkembangan digital ekonomi Indonesia akan diperkirakan akan tumbuh pesat. Hal ini terutama karena tren digitalisasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat.
Data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menjelaskan bahwa sekitar 210 juta dari 272 juta penduduk Indonesia sudah memperoleh akses internet pada 2021.
Survei yang dilakukan oleh APJII menyimpulkan bahwa sebanyak 79% responden survei menggunakan internet untuk transaksi online, sedang 72% responden mengakses layanan keuangan.
Berarti sekitar 150 juta orang memiliki akses layanan keuangan digital. Hal ini menjadi pasar yang besar untuk menjadi pijakan perkembangan digitalisasi dalam layanan pembiayaan.
Nilai ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan bisa mencapai US$ 82 miliar (Rp 1.307 triliun) berdasarkan proyeksi gross merchandise value (GMV) sepanjang 2023. Angka ini didapat dari hasil riset eConomy SEA 2023 yang dirilis oleh Google bersama Temasek, dan Bain & Company.
Konvergensi antara layanan fixed dan mobile dapat menjadi kunci untuk mendorong ekonomi digital Indonesia dari berbagai sektor, termasuk untuk Usaha Kecil dan Menengah. Apalagi UKM adalah kontributor ekonomi Indonesia yang besar. https://frutangjeruk.com/