Menengok Kampung Transmigran Asal Jawa Kembangkan Pertanian di Tanah Papua

Merauke – Kabupaten Merauke menjadi salah satu daerah yang menjadi lokasi program transmigrasi pada era orde baru. Tak heran, banyak wajah-wajah pendatang menghiasi kota yang dijuluki sebagai Kota Rusa tersebut.
Salah satu daerah yang banyak dihuni oleh transmigran adalah Kampung (desa) Isano Mbias, di Distrik Tanah Miring. Dari 627 kepala keluarga (KK), sebanyak 617 di antaranya merupakan pendatang yang mayoritasnya berasal dari Pulau Jawa. Sisanya, sebanyak 10 KK merupakan orang asli Papua. Para transmigran diberikan tanah seluas 2 hektare dari pemerintah untuk dimanfaatkan sebagai lahan tempat tinggal seluas 1 hektare, dan pertanian seluas 1 hektare.

“Sejarah Desa Isano Mbias ini (dibentuk) tahun 1994 yaitu (saat ada) program transmigrasi dengan jumlah KK dulu awalnya 450 KK. Berjalannya waktu, tahun ini menjadi 627 KK,” ujar Kepala Kampung (Kepala Desa) Isano Mbias, Panut Purwanto kepada detikcom, saat menceritakan asal mula desanya terbentuk.

Meski banyak dihuni oleh pendatang, kini masyarakat Kampung Isano Mbias telah berbaur. Bahkan para transmigran asal Pulau Jawa tersebut mentransfer ilmu kepada penduduk asli Papua mengenai cara bercocok tanam.

“Alhamdulillah kami sudah bisa sama-sama hidup berdampingan, bahkan tadinya masyarakat asli Papua juga yang tadinya mengandalkan alam, sekarang bisa bercocok tanam seperti masyarakat pendatang, seperti kami dari Jawa (yang) sudah bisa menanam padi, menanam sayur mayur maupun beternak,” terang Panut.

Kampung Isano Mbias memiliki luas 1.985,76 hektare yang dihuni 2.099 jiwa. Mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Oleh sebab itu, luas area pertanian di desa yang bermakna tuan tanah ini mencapai 1.300 hektare atau lebih dari setengahnya digunakan sebagai lahan pertanian. Adapun komoditas unggulan dari Isano Mbias adalah padi, sayuran, hingga peternakan.

Meski demikian, di musim kemarau seperti yang terjadi tahun ini, Kampung Isano Mbias mengalami kekeringan sehingga banyak lahan pertanian menganggur dan tandus. Hanya beberapa lahan saja yang digunakan untuk menanam sayuran seperti bawang daun, seledri, hingga cabai rawit. Petani pun harus menguras saluran drainase demi bisa menyiram tanaman mereka.

“Kalau musim penghujan di sini ketika petani sudah menanam padi atau sayur-sayuran memang kelihatan indah di sini. Semua itu akan kelihatan hijau dengan tanaman yang subur. Tapi ketika musim kemarau, di mana-mana kering. Air pun di parit sampai habis. Istilahnya siram tanaman pun kurang,” ujar Panut.

Pada tahun 2020, Kampung Isano Mbias terpilih menjadi salah satu Desa BRILian yang digagas oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) (BRI). Desa BRILian dibentuk untuk meningkatkan kapabilitas desa agar mendorong kemajuan desa. Melalui Desa BRILian, desa yang ikut serta diharapkan dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang ada.

“Pada awalnya pada tahun 2020 kami terpilih menjadi kampung percontohan pemberdayaan yang mewakili Kabupaten Merauke. Kami juga pernah dikunjungi Pak Wakil Menteri Agraria (periode 2019-2022), Pak Surya Tjandra. Dari situlah kami dimasukkan menjadi Desa BRILian, dan alhamdulillah dimasukkan di tahun 2020 hingga saat ini 2023 sudah (akan) jalan 3 tahun,” ujar kades yang telah menjabat selama dua periode tersebut.

Panut mengakui banyak manfaat yang dirasakan setelah desanya terpilih menjadi Desa BRILian, seperti misalnya mendapatkan pendampingan, permodalan, bibit tanaman dan beasiswa bagi siswa berprestasi. Dengan begitu, para petani tak hanya diajarkan bagaimana bercocok tanam yang baik, namun didukung pula oleh kemudahan akses pendanaan dan ketersediaan bibit tanaman produktif.


Terbaru, BRI menyalurkan bantuan berupa alat pertanian yang terdiri dari hand traktor, alat semprot, mesin pompa dan termasuk selang pompa kepada kelompok klaster Barokah Sayur. Bantuan tersebut diberikan untuk mendukung para petani yang kesulitan mendapatkan air serta sebagai persiapan memasuki musim tanam nanti.

“Harapan kami dengan adanya bantuan ini bisa bermanfaat untuk para petani bisa terpenuhi apa yang menjadi harapan terkait pengolahan tanah. Yang biasanya manual, dengan bantuan alat-alat ini bisa sangat membantu dan bermanfaat sehingga untuk memudahkan dan meringankan para petani sehingga tidak manual lagi dengan menggunakan alat modern seperti hand traktor, ada mesin pompa, mesin semprot tanaman. Dan itu merupakan kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan masyarakat kami,” kata Panut.

Pemimpin Cabang BRI Merauke, Abdul Muis mengatakan bantuan tersebut diberikan atas kepedulian BRI dalam memberikan manfaat kepada desa dan klaster percontohan dalam membangun eksositem bisnis BRI.

“Kemudian dari ekosistem ini kita bisa memberdayakan potensi yang ada, yang pada akhirnya mengarah pada kesejahteraan masyarakat dan mempermudah mereka menemukan pasar atau kami bisa me-link-kan dengan klaster yang lain sehingga nanti ini bisa bergulir dari klaster ini ke klaster yang lain sehingga dampaknya terus menerus memberikan dampak positif ke desa yang kami bina,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Unit BRI Tanah Miring Ibrahim mengatakan ke depan pihaknya akan terus menjalin kerja sama dengan Kampung Isano Mbias agar memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

“Ke depan, untuk kolaborasi dengan masyarakat, terutama masyarakat Isano Mbias, akan kami maksimalkan pelayanannya. Apalagi, Isano Mbias merupakan Desa BRILian yang sudah berjalan 2 tahun (hampir 3 tahun). Sehingga, bisa memberikan impact terhadap BRI maupun masyarakat Isano Mbias itu sendiri,” kata Ibrahim.

Diketahui, detikcom bersama BRI tengah mengadakan program Jelajah Desa Brilian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. https://tehmasnisdingin.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*